Wednesday, April 9, 2014

Herbert Marcuse, serta sekilas Marx, Durkheim, dan Weber dalam kritik atas Modernitas!

Semua berawal dari revolusi industri yang terjadi di Inggris, kemajuan akan ilmu pengetahuan dan teknologi dimulai dari bagian dunia sana yang diyakini sekarang mempunyai peradaban yang paling menggiurkan di seluruh dunia. Proyek modernisasi sebagai hasil dari revolusi industri, dimana ilmu-ilmu pengetahuan dan teknologi mulai memunculkan jati dirinya. Proyek modernisasi muncul seiring semakin berkembangnya industri-industri yang menghasilkan alat-alat teknologi yang serba canggih, yang serba efisien, yang serba efektif bagi kehidupan masyarakat (katanya). Pada abad 20an setelah berakhirnya perang dunia ke II yang mengakibatkan di seluruh bagian dunia mengalami kehancuran dari fisik hingga kemunduran ekonomi. Akibat perang dunia ke II dirasakan terutama oleh negara-negara eropa baik yang menjadi pemenang maupun kalah dalam perang. Munculnya modernisasi yang menawarkan kemajuan dan penemuan teknologi-teknologilah yang pada saat itu menjadi sandaran bagi masyarakat. Dengan adanya alat-alat teknologi yang canggih akses-akses masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan dan pekerjaan semakin mudah.
            Dimana pada zaman modern saat itu, masyarakat industri modern diberikan kemudahan dengan teknologi yang semakin canggih, akses terhadap pekerjaan yang awalnya dikerjakan oleh tenaga manusia digantikan oleh tenaga-tenaga mesin. Kuantitas produksi pun semakin meningkat karena dikerjakan oleh mesin yang sudah canggih dengan begitu kesejahteraan masyarakat pun diharapkan akan mengikutinya. Dengan adanya berbagai kemudahan dan hasil yang ditawarkan oleh modernitas, membuat masyarakat industri modern tersebut terlena dan tidak sadar bahwa mereka saat itu sedang ditindas. Realitas-realitas yang terjadi dan selalu mengiringi setiap jengkal kehidupan pada masyarakat industri modern saat itulah yang memunculkan pemikiran kritik oleh Marcuse. Herbert Marcuse adalah seorang pemikir asal jerman yang beragama yahudi. ketika di Jerman ia adalah seorang anggota dari sekolah frankfurt, lembaga yang melakukan kajian-kajian sosial.[1] Tulisannya yang paling terkenal dan paling berpengaruh adalah One Dimensional Man, dalam tulisannya bagaimana ia mengkritik masyarakat industri modern sebagai masyarakat yang pasif terhadap realitas yang ada, tanpa mempertanyakannya.
            Kritik oleh Marcuse terhadap masyarakat industri modern saat itu, karena ia melihat bagaimana masyarakat terbentuk menjadi satu dimensi. Dimana modernisasi menjadi dalih bagi kaum kapitalis sebagai jalan keluar bagi masyarakat-masyarakat eropa saat itu yang habis mengalami peperangan untuk membangun lagi hidupnya. Masyarakat menyandarkan kehidupannya kepada alat-alat tekonologi yang canggih dalam mengakses pemenuhan kebutuhan dan melakukan pekerjaannya. Masyarakat industri modern sibuk bekerja guna kembali menata kehidupannya, hingga lembur bekerja guna memuaskan kebutuhannya hingga mereka kehilangan daya kritis nya. Penulis sangat setuju dengan kritik oleh Marcuse dan masih sangat relevan sekali untuk membaca dan melihat realitas pada masyarakat sampai saat ini. Karena pada masyarakat industri modern yang seharusnya secara pemikiran menekankan pada kefektifan, efisiensi dan rasional dalam berpikir dan bertindak. Namun berbeda pada kenampakkan realitas yang berusaha dikritik oleh Marcuse, dimana masyarakat pada saat itu mereka tidak sadar sedang di giring menjadi suatu bentuk demi pemenuhan tujuan kapitalis. Masyarakat modern yang dianggap rasional ternyata irasional dalam pemenuhan kebutuhannya, hingga batas needs and wants menjadi kabur. Sebagai contoh pemenuhan kebutuhan komunikasi oleh masyarakat sekarang tidak lagi berdasar pada kebutuhan, dimana menurut penulis, alat komunikasi dengan aplikasi sms dan telepon sudah cukup namun masyarakat modern membutuhkan aplikasi lain seperti BBM, Line dll.
Kenyataan diatas bagaimana masyarakat industri modern berusaha dibentuk oleh kapitalis agar menjadi sebuah bentuk. Keharusan untuk mengikuti mass culture atau budaya yang dipakai masyarakat luas pun menjadi penting. Sehingga ketika seorang individu tidak sama dan tidak mengikuti budaya yang ada di sekeliling kehidupannya maka individu itu bisa dianggap berbeda bahkan bisa dibilang tidak modern. Hal-hal diatas mulai dari ke-irasionalitasan individu dalam pemenuhan kebutuhan yang mengakibatkan batas antara needs and wants menjadi kabur, hingga individu-individu harus mengikuti mass culture merupakan gambaran realitas yang berusaha dikritik oleh Marcuse. Marcuse melihat pada masyarakat industri modern saat itu kehilangan dimensi-dimensi lainnya. Dimensi yang ada pada masyarakat industri modern saat itu adalah dimensi yang mendukung tujuan kapitalis, masyarakat tidak sadar bahwa mereka sedang terdominasi dan seringkali ketidaksadaran itu pun dibuat oleh para kapitalis , yang bisa disebut sebagai kesadaran palsu.
Kesadaran palsu sengaja dibuat oleh kapitalis, guna melanggengkan kekuasaan dan dominasi mereka (kapitalis) atas masyarakat industri modern. Masyarakat dibuat senyaman mungkin dalam pemenuhan kebutuhannya dan akses-akses terhadap pekerjaannya pun mudah karena didukung dengan adanya teknologi. Masyarakat dibuat sibuk bekerja untuk meningkatkan ekonominya. Masyarakat sebisa mungkin dibuat lupa hingga tidak sadar bahwa mereka sedang terdominasi hingga kapitalis bisa berteriak : long life capitalism!. Contoh yang penulis ambil seperti yang sudah diungkapkan saat kuliah bagaimana buruh diperas tenaganya pada pagi sampai siang hari, dan pada malam hari, buruh diberi tontonan lewat media televisi iklan-iklan produk kapitalis agar mereka mengkonsumsinya, bagaimana realitas buruh terdominasi setiap waktunya di setiap harinya. Jalan keluar menurut Marcuse untuk membebaskan masyarakat industri modern dari dominasi oleh kapitalis ada 2. Pertama, bagaimana alat-alat teknologi yang menjadi asal muasal dari terdominasinya masyarakat industri modern ternyata juga mempunyai potensi untuk membebaskan. Pemikiran Marcuse akan jalan keluar yang pertama ini sangat dipengaruhi oleh Hegel, pola pikirnya yang dialektis bahwa masyarakat industri modern pun berpotensi membebaskan tidak hanya terkekang oleh keadaan.[2] Teknologi yang menjadi sumber kekuasaan oleh kapitalis juga punya kuasa untuk membebaskan masyarakat. Jalan keluar yang kedua menurut Marcuse adalah munculnya sifat kepekaan dan kesadaran baru oleh masyarakat industri modern dalam memandang kehidupaannya, hilangnya sifat pasif dan hanya menerima saja berubah menjadi aktif dan masyarakat punya dimensi negasi. Menurut penulis, kritik Marcuse masih sangat relevan dalam membaca realitas masyarakat industri modern sampai saat ini, dan posisi teori kritik, menjadi demikian sangat penting karena bersifat “emansipatoris”
Selanjutnya penulis akan mengulas bagaimana teori klasik melihat sebuah bangunan yang didambakan oleh masyarakat industri modern yaitu modernitas. Seperti yang sudah sama-sama kita ketahui tiga tokoh terkemuka teori klasik yaitu: Marx, Durkheim, dan Weber pun berbicara mengenai perubahan masyarakat dari keadaan tradisonal sampai kepada masyarakat modern, division of labour yang semain kompleks dengan adanya industrialisasi, dan rasionalitas-rasionalitas yang harus dimiliki oleh masyarakat modern hingga bentuk organisasi yang paling sempurna yaitu birokrasi menurut Weber. Pertama penulis akan mengkaji bagaimana Marx melihat keadaan pada masyarakatnya. Marx tumbuh dan berkembang saat industri-industri mulai muncul sebagai akibat dari revolusi industri. Penemuan-penemuan alat teknologi baru menyebabkan perubahan pada masyarakat Marx. Dimana berubah dari masyarakat yang agraris yang memakai tenaga manusia berubah menjadi masyarakat modern yang menggunakan mesin. Marx melihat bagaimana pada waktu itu masyarakat terbagi menjadi 2, yaitu: kaum proletar dan kaum borjuis. Dimana kaum borjuis yang memiliki kapital menguasai dan mendominasi kaum proletar atau buruh. Dalam kondisi pada saat itu kaum proletar mengalami kesadaran palsu, mereka dibuai oleh kaum kapitalis hingga mereka tidak sadar bahwa mereka sedang di dominasi. Apalagi pada zaman Marx, kedudukan gereja masih sangat diyakini oleh masyarakat, hingga Marx melihat agama sebagai candu masyarakat. Dogma-dogma yang dikeluarkan oleh gereja pun menjadi sarana para kapitalis dalam melanggengkan dominasinya atas kaum proletar. Hal diataslah yang Marx lihat pada masyarakatnya, kemudian bagaimana Marx berusaha menyadarkan kaum proletar untuk sadar dan melakukan perjuangan kelas hingga mencapai masyarakat impian Marx yaitu sosialis.
Kedua bagaimana Durkheim melihat kesadaran kolektif yang dimiliki masyarakat masih sangat kuat ketika pembagian-pembagian pekerjaan pada masyarakat belum kompleks. Durkheim membagi 2 bentuk masyarakat yaitu : solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Pada masyarakat mekanik, hubungan yang ada pada masyarakatnya masih sangat intim dikarenakan pembagian pekerjaan masih sangat homogen yaitu masyarakat agraris. Kemudian munculnya revolusi industri pun semakin menggairahkan tumbuhnya industri-industri, pembagian pekerjaan pun semakin kompleks, masyarakat ini disebut masyarakat organik. Hal tersebut berimplikasi pada hubungan atau interaksi yang ada dimasyarakat, dimana pekerjaan sudah sangat kompleks, interaksi dimasyarakat pun hanya berdasar kepentingan-kepentingan. Terakhir bagaimana Weber yang menekankan pada masyarakat industri modern harus memiliki tujuan yang jelas dalam hidupnya yaitu rasionalitas instrumental. Muncul-munculnya industri pun membuat masyarakat harus mengedepankan efektif, efisien dan rasional didalamnya. Untuk mempermudah dan mengefektifkan regulasi dalam masyarakat industri maka dibentuklah organisasi. Bentuk organisasi yang paling rasional menurut Weber adalah birokrasi, dimana dalam birokrasi terdapat tujuan yang jelas, dan berhierarkis agar memudahkan komunikasi dalam organisasi antar divisi-divisi di sebuah struktur. Namun ternyata birokrasi justru hanya membuat kehidupan masyarakat modern ribet bukannya mempermudah, birokrasi pun pada hari ini tidak lepas dari kepentingan-kepentingan oleh sekelompok orang ( kapitalis )
Daftar Pustaka :
Sudarminta, J. “Kritik Marcuse terhadap Masyarakat Industri   Modern” 




[1] Sudarminta, J. “Kritik Marcuse terhadap Masyarakat Industri Modern” hlm. 121.
[2] Sudarminta, J. “Kritik Marcuse terhadap Masyarakat Industri Modern” hlm. 141.

No comments:

Post a Comment