Semua berawal dari revolusi industri
yang terjadi di Inggris, kemajuan akan ilmu pengetahuan dan teknologi dimulai
dari bagian dunia sana yang diyakini sekarang mempunyai peradaban yang paling
menggiurkan di seluruh dunia. Proyek modernisasi sebagai hasil dari revolusi
industri, dimana ilmu-ilmu pengetahuan dan teknologi mulai memunculkan jati
dirinya. Proyek modernisasi muncul seiring semakin berkembangnya
industri-industri yang menghasilkan alat-alat teknologi yang serba canggih,
yang serba efisien, yang serba efektif bagi kehidupan masyarakat (katanya). Pada abad 20an setelah berakhirnya perang
dunia ke II yang mengakibatkan di seluruh bagian dunia mengalami kehancuran
dari fisik hingga kemunduran ekonomi. Akibat perang dunia ke II dirasakan
terutama oleh negara-negara eropa baik yang menjadi pemenang maupun kalah dalam
perang. Munculnya modernisasi yang menawarkan kemajuan dan penemuan
teknologi-teknologilah yang pada saat itu menjadi sandaran bagi masyarakat.
Dengan adanya alat-alat teknologi yang canggih akses-akses masyarakat terhadap
pemenuhan kebutuhan dan pekerjaan semakin mudah.
Dimana
pada zaman modern saat itu, masyarakat industri modern diberikan kemudahan
dengan teknologi yang semakin canggih, akses terhadap pekerjaan yang awalnya
dikerjakan oleh tenaga manusia digantikan oleh tenaga-tenaga mesin. Kuantitas
produksi pun semakin meningkat karena dikerjakan oleh mesin yang sudah canggih
dengan begitu kesejahteraan masyarakat pun diharapkan akan mengikutinya. Dengan
adanya berbagai kemudahan dan hasil yang ditawarkan oleh modernitas, membuat
masyarakat industri modern tersebut terlena dan tidak sadar bahwa mereka saat
itu sedang ditindas. Realitas-realitas
yang terjadi dan selalu mengiringi setiap jengkal kehidupan pada masyarakat
industri modern saat itulah yang memunculkan pemikiran kritik oleh Marcuse.
Herbert Marcuse adalah seorang pemikir asal jerman yang beragama yahudi. ketika
di Jerman ia adalah seorang anggota dari sekolah frankfurt, lembaga yang
melakukan kajian-kajian sosial.[1]
Tulisannya yang paling terkenal dan paling berpengaruh adalah One Dimensional Man, dalam tulisannya
bagaimana ia mengkritik masyarakat industri modern sebagai masyarakat yang
pasif terhadap realitas yang ada, tanpa mempertanyakannya.
Kritik
oleh Marcuse terhadap masyarakat industri modern saat itu, karena ia melihat
bagaimana masyarakat terbentuk menjadi satu dimensi. Dimana modernisasi menjadi
dalih bagi kaum kapitalis sebagai jalan keluar bagi masyarakat-masyarakat eropa
saat itu yang habis mengalami peperangan untuk membangun lagi hidupnya.
Masyarakat menyandarkan kehidupannya kepada alat-alat tekonologi yang canggih
dalam mengakses pemenuhan kebutuhan dan melakukan pekerjaannya. Masyarakat
industri modern sibuk bekerja guna kembali menata kehidupannya, hingga lembur
bekerja guna memuaskan kebutuhannya hingga mereka kehilangan daya kritis nya. Penulis
sangat setuju dengan kritik oleh Marcuse dan masih sangat relevan sekali untuk
membaca dan melihat realitas pada masyarakat sampai saat ini. Karena pada
masyarakat industri modern yang seharusnya secara pemikiran menekankan pada
kefektifan, efisiensi dan rasional dalam berpikir dan bertindak. Namun berbeda
pada kenampakkan realitas yang berusaha dikritik oleh Marcuse, dimana
masyarakat pada saat itu mereka tidak sadar sedang di giring menjadi suatu
bentuk demi pemenuhan tujuan kapitalis. Masyarakat modern yang dianggap
rasional ternyata irasional dalam pemenuhan kebutuhannya, hingga batas needs and wants menjadi kabur. Sebagai
contoh pemenuhan kebutuhan komunikasi oleh masyarakat sekarang tidak lagi
berdasar pada kebutuhan, dimana menurut penulis, alat komunikasi dengan
aplikasi sms dan telepon sudah cukup namun masyarakat modern membutuhkan
aplikasi lain seperti BBM, Line dll.
Kenyataan diatas bagaimana masyarakat
industri modern berusaha dibentuk oleh kapitalis agar menjadi sebuah bentuk. Keharusan
untuk mengikuti mass culture atau
budaya yang dipakai masyarakat luas pun menjadi penting. Sehingga ketika
seorang individu tidak sama dan tidak mengikuti budaya yang ada di sekeliling
kehidupannya maka individu itu bisa dianggap berbeda bahkan bisa dibilang tidak
modern. Hal-hal diatas mulai dari
ke-irasionalitasan individu dalam pemenuhan kebutuhan yang mengakibatkan batas
antara needs and wants menjadi kabur,
hingga individu-individu harus mengikuti mass culture merupakan gambaran
realitas yang berusaha dikritik oleh Marcuse. Marcuse melihat pada masyarakat
industri modern saat itu kehilangan dimensi-dimensi lainnya. Dimensi yang ada
pada masyarakat industri modern saat itu adalah dimensi yang mendukung tujuan
kapitalis, masyarakat tidak sadar bahwa mereka sedang terdominasi dan
seringkali ketidaksadaran itu pun dibuat oleh para kapitalis , yang bisa
disebut sebagai kesadaran palsu.
Kesadaran palsu sengaja dibuat oleh
kapitalis, guna melanggengkan kekuasaan dan dominasi mereka (kapitalis) atas
masyarakat industri modern. Masyarakat dibuat senyaman mungkin dalam pemenuhan
kebutuhannya dan akses-akses terhadap pekerjaannya pun mudah karena didukung
dengan adanya teknologi. Masyarakat dibuat sibuk bekerja untuk meningkatkan
ekonominya. Masyarakat sebisa mungkin dibuat lupa hingga tidak sadar bahwa
mereka sedang terdominasi hingga kapitalis bisa berteriak : long life capitalism!. Contoh yang
penulis ambil seperti yang sudah diungkapkan saat kuliah bagaimana buruh
diperas tenaganya pada pagi sampai siang hari, dan pada malam hari, buruh
diberi tontonan lewat media televisi iklan-iklan produk kapitalis agar mereka
mengkonsumsinya, bagaimana realitas buruh terdominasi setiap waktunya di setiap
harinya. Jalan keluar menurut Marcuse untuk
membebaskan masyarakat industri modern dari dominasi oleh kapitalis ada 2.
Pertama, bagaimana alat-alat teknologi yang menjadi asal muasal dari
terdominasinya masyarakat industri modern ternyata juga mempunyai potensi untuk
membebaskan. Pemikiran Marcuse akan jalan keluar yang pertama ini sangat
dipengaruhi oleh Hegel, pola pikirnya yang dialektis bahwa masyarakat industri
modern pun berpotensi membebaskan tidak hanya terkekang oleh keadaan.[2]
Teknologi yang menjadi sumber kekuasaan oleh kapitalis juga punya kuasa untuk
membebaskan masyarakat. Jalan keluar yang kedua menurut Marcuse adalah
munculnya sifat kepekaan dan kesadaran baru oleh masyarakat industri modern dalam
memandang kehidupaannya, hilangnya sifat pasif dan hanya menerima saja berubah
menjadi aktif dan masyarakat punya dimensi negasi. Menurut penulis, kritik
Marcuse masih sangat relevan dalam membaca realitas masyarakat industri modern
sampai saat ini, dan posisi teori kritik, menjadi demikian sangat penting
karena bersifat “emansipatoris”
Selanjutnya penulis akan mengulas
bagaimana teori klasik melihat sebuah bangunan yang didambakan oleh masyarakat
industri modern yaitu modernitas. Seperti yang sudah sama-sama kita ketahui
tiga tokoh terkemuka teori klasik yaitu: Marx, Durkheim, dan Weber pun
berbicara mengenai perubahan masyarakat dari keadaan tradisonal sampai kepada
masyarakat modern, division of labour yang
semain kompleks dengan adanya industrialisasi, dan rasionalitas-rasionalitas
yang harus dimiliki oleh masyarakat modern hingga bentuk organisasi yang paling
sempurna yaitu birokrasi menurut Weber. Pertama penulis akan mengkaji bagaimana
Marx melihat keadaan pada masyarakatnya. Marx tumbuh dan berkembang saat
industri-industri mulai muncul sebagai akibat dari revolusi industri.
Penemuan-penemuan alat teknologi baru menyebabkan perubahan pada masyarakat
Marx. Dimana berubah dari masyarakat yang agraris yang memakai tenaga manusia
berubah menjadi masyarakat modern yang menggunakan mesin. Marx melihat
bagaimana pada waktu itu masyarakat terbagi menjadi 2, yaitu: kaum proletar dan
kaum borjuis. Dimana kaum borjuis yang memiliki kapital menguasai dan
mendominasi kaum proletar atau buruh. Dalam kondisi pada saat itu kaum proletar
mengalami kesadaran palsu, mereka dibuai oleh kaum kapitalis hingga mereka
tidak sadar bahwa mereka sedang di dominasi. Apalagi pada zaman Marx, kedudukan
gereja masih sangat diyakini oleh masyarakat, hingga Marx melihat agama sebagai
candu masyarakat. Dogma-dogma yang dikeluarkan oleh gereja pun menjadi sarana
para kapitalis dalam melanggengkan dominasinya atas kaum proletar. Hal
diataslah yang Marx lihat pada masyarakatnya, kemudian bagaimana Marx berusaha
menyadarkan kaum proletar untuk sadar dan melakukan perjuangan kelas hingga
mencapai masyarakat impian Marx yaitu sosialis.
Kedua bagaimana Durkheim melihat
kesadaran kolektif yang dimiliki masyarakat masih sangat kuat ketika
pembagian-pembagian pekerjaan pada masyarakat belum kompleks. Durkheim membagi
2 bentuk masyarakat yaitu : solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Pada
masyarakat mekanik, hubungan yang ada pada masyarakatnya masih sangat intim
dikarenakan pembagian pekerjaan masih sangat homogen yaitu masyarakat agraris.
Kemudian munculnya revolusi industri pun semakin menggairahkan tumbuhnya
industri-industri, pembagian pekerjaan pun semakin kompleks, masyarakat ini
disebut masyarakat organik. Hal tersebut berimplikasi pada hubungan atau
interaksi yang ada dimasyarakat, dimana pekerjaan sudah sangat kompleks,
interaksi dimasyarakat pun hanya berdasar kepentingan-kepentingan. Terakhir bagaimana Weber yang menekankan
pada masyarakat industri modern harus memiliki tujuan yang jelas dalam hidupnya
yaitu rasionalitas instrumental. Muncul-munculnya industri pun membuat
masyarakat harus mengedepankan efektif, efisien dan rasional didalamnya. Untuk
mempermudah dan mengefektifkan regulasi dalam masyarakat industri maka
dibentuklah organisasi. Bentuk organisasi yang paling rasional menurut Weber
adalah birokrasi, dimana dalam birokrasi terdapat tujuan yang jelas, dan
berhierarkis agar memudahkan komunikasi dalam organisasi antar divisi-divisi di
sebuah struktur. Namun ternyata birokrasi justru hanya membuat kehidupan
masyarakat modern ribet bukannya mempermudah, birokrasi pun pada hari ini tidak
lepas dari kepentingan-kepentingan oleh sekelompok orang ( kapitalis )
Daftar Pustaka :
Sudarminta, J.
“Kritik Marcuse terhadap Masyarakat Industri Modern”
No comments:
Post a Comment